Jumat, 10 Desember 2010

Pencampuran

I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang Percobaan, 1.2. Tujuan Percobaan, 1.3. Prinsip Percobaan, 1.4. Manfaat Percobaan dan 1.5.Tempat Percobaan.

1.1. Latar Belakang Percobaan

Pencampuran merupakan suatu proses yang penting untuk mencampurkan beberapa macam bentuk konstituen bahan. Baik itu berberntuk cair, padat, maupun gas. Proses pencampuran dimaksudkan untuk membuat suatu bentuk keseragaman dari beberapa konstituan baik likuid-solid (pasta), atau solid-solid dan kadang-kadang likuid-gas. Berbagai proses pencampuran harus dilakukan di dalam industri pangan seperti pencampuran susu dengan coklat, tepung dengan gula atau CO2 dengan air (Wirakartakusumah, 1992).

Emulsifikasi adalah proses pembentukan suatu campuran yang berasal dari dua fase yang berbeda. Umumnya ditambahkan komponen ketiga yang berupa emulsifier untuk mempertahankan stabilitas emulsi. Ada dua bentuk jenis emulsi bahan pangan yaitu emulsi air dalam minyak, atau lemak dan lemak dalam air. Emulsifier bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan diantara dua fase, dengan demikian mendispersikan aglomerat yang kemungkinan terbentuk hingga menimbulkan efek homogenisasi yang lebih baik. Stabilitas emulsi penting pada sebagian besar bahan pangan terbentuk emulsi maupun yang berasal dari emulsi seperti susu, es krim, cream, puding, dan sosis (Wirakartakusumah, 1992).

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari pencampuran adalah untuk mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan lainnya, sehingga dihasilkan suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen baik padat, padat-cair, maupun cair-gas (Wirakartakusumah, 1992).

1.2. Prinsip Percobaan

Prinsip dari pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengayakan dan distribusi dua atau lebih beberapa komponen yang mempunyai sifat berbeda, yang mana derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk atau jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan pencampuran (Wirakartakusumah, 1992).

1.4. Manfaat Percobaan

Manfaat dari pencampuran adalah untuk mendapatkan hasil dari pencampuran dari beberapa bahan agar didapatkan karakteristik bahan yang sesuai dengan yang diinginkan atau dibutuhkan (Wirakartakusumah, 1992).

1.5. Tempat Percobaan

Percobaan pencampuran air, minyak, gula, pewarna orange dilakukan di Laboratorium Mesin dan Peralatan Industri Pangan, Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung.

II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan mengenai : 2.1. Pencampuran dan Derajat Pencampuran, 2.2. Alat Pencampur, 2.3. Emulsifikasi dan Homogenisasi dan 2.4. Alat Pengaduk Impeller dan Propeller

2.1. Pencampuran dan Derajat Pencampuran

Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik (Brennan, 1974).

Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik (Wiratakusumah, 1992)

Bila dua komponen dicampurkan, pada awal pencampuran sebagian besar dari bahan tidak bercampur yang akan terdiri dari masing-masing komponen. Proses pencampuran diteruskan, komposisi dari masing-masing komponen bahan menjadi lebih seragam dan mendekati komposisi rata-rata dari campuran (Wiratakusumah, 1992).

Pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi 2 atau lebih komponen yang memiliki sifat yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi, dari waktu yang dibutuhkan, keadaan produk bahan atau bahkan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran (Wiratakusumah, 1992).

Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas. Komponen yang jumlahnya lebih banyak disebut fase kontinyu dan yang lebih sedikit disebut fase dispersi.

Derajat pencampuran yang dicapai tergantung pada : ukuran relatif partikel, efisiensi alat pencampur untuk komponen yang dicampur, kecenderungan komponen untuk membuat agregat, kadar air, sifat permukaan dan aliran dari masing-masing komponen.

2.2. Alat-alat Pencampur

Berdasarkan jenis bahan yang dicampur, yaitu alat pencampur liquid (liquid mixer), alat pencampur granula (powder and particles mixers) dan alat pencampur pasta (dough and paste mixers).

2.2.1. Alat pencampur likuid

Untuk pencampuran likuid, propeller mixer adalah jenis yang paling umum dan paling memuaskan. Alat ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan propeller/blades beserta motor pemutar. Bentuk propeller, impeler, blades didesain sedemikian rupa untuk efektifitas pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluid. Pada jenis alat pencampur ini diusahakan untuk dihindari tipe aliran yang monoton yang berputar melingkari dinding tangki yang sangat kecil kontribusinya terhadap pengaruh pencampuran. Untuk itu kadang-kadang propeller harus diputar sedikit hingga tidak persis simetri terhadap dinding tangki, penambahan sekat-sekat (baffles) pada dinding tangki juga dapat menciptakan pengaruh pengadukan, namun menimbulkan masalah karena sulit membersihkannya (Wiranatakusumah, 1992).

2.2.2. Alat pencampur granula

Dalam hal ini digunakan ribbon blender dan double cone mixers. Ribbon blender terdiri dari silinder horizontal yang di dalamnya dilengkapi dengan ”screw” berputar, bilamana screw, maka tepung akan tercampur dan bergerak bolak-balik dari satu sisi ke sisi lainnya, dengan demikian partikel dan granula akan tercampur selama pergerakan ”screw” (Wiranatakusumah, 1992).

Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari 2 kerucut yang berputar pada porosnya, jika kerucut berputar maka tepung granula berada di dalam granula yang berada di dalam volume kerucut akan teragitasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini memerlukan energi dan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu diperhatikan jangna sampai energi yang dikonsumsi diubah menjadi panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dari produk. Jenis alat pencampur adonan kadang-kadang harus dilengkapi dengan alat pendingin (Wiranatakusumah, 1992).

Yang umum ditemui yaitu kneader yang berbentuk sigmoid yang berputar didalam suatu ”can” atau ”vessel” dengan berbagai kecepatan. Prinsip dari alat ini adalah disamping mencampur juga mengadon yaitu membagi, mematahkan dan selalu membuat luas permukaan yang baru sesering mungkin terhadap adonan (Wiranatakusumah, 1992).

2.3. Emulsifikasi dan Homogenisasi

Yang dimaksud emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekulnya tidak dapat saling berbaur tetapi saling antagonistik. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah, hal tersebut disababkan karena adanya perbedaan berat jenis diantara minyak dan air (Winarno, 2002).

Emulsifikasi adalah proses pembentukan suatu campuran yang berasal dari 2 fase yang berbeda. Umumnya ditambahkan komponen ketiga yang berupa emulsifier untuk mempertahankan stabilitas emulsi. Ada dua bentuk jenis emulsi bahan pangan yaitu emulsi air dalam minyak atau lemak dan lemak dalam air. Emulsifier bekerja dengan jalan menurunkan tegangan permukaan diantara dua fase, dan dengan demikian mendispersikan aglomerat yang kemungkinan terbentuk hingga menimbulkan efek homogenisasi yang lebih baik. Stabilitas emulsi penting pada sebagian besar bahan pangan berbentuk emulsi maupun yang berasal dari emulsi seperti susu, es krim, cream, pudding, dan sosis (Wiratakusumah, 1992).

Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat pada air atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya dispersinya minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air (o/w). sebagai contoh adalah susu. Sebaliknya emulsifier lebih larut dalam minyak (nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak (w/o). contohnya mentega dan margarine. Untuk menjelaskan bagaimana kerja emulsifier adalah sebagai berikut : bila butir-butir lemak telah terpisah karena adanya tenaga mekanik (pengocokan), maka butir-butir lemakyang terdispersi tersebut segera terselubungi oleh selaput tipis emulsifier. Bagian molekul emulsifier yang nonpolar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak, sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut (air, continous phase).

Homogenisasi didalam teknologi pencampuran, emulsifikasi dan suspensi dikenal sebagai operasi yang pada dasarnya terdiri dari dua tahap yaitu pertama pengecilan ukuran droplet pada fase bagian dalam dan kedua yang merupakan tahap simultan pendistribusian droplet kedalam fase kontinyu.

Homogenisasi adalah operasi ganda penurunan ukuran droplet (ukuran partikel) dari fase terdispersi dan sekaligus mendistribusikannya secara uniform kedalam fase kontinyu.

Jika fase terdispersi ini adalah liquid maka yang diperoleh adalah emulsi setelah homogenisasi, dan jika solid yang dihasilkan adalah suspensi. Untuk menghomogenisasi suatu campuran, maka campuran tersebut haruslah mempunyai konsistensi yang mudah untuk diperlakukan seperti fluida karena homogeniser umumnya dilengkapi dengan pompa (Wirakartakusumah, 1992).

Partikel atas droplet dapat diturunkan dengan berbagai cara, antara lain :

High pressure homogenizer, yaitu jika energi yang diperlukan untuk memecah droplet diberikan kepada partikel langsung dari energi aliran fluida itu sendiri. Dalam hal ini dibutuhkan tekanan tinggi. Penurunan tekanan dilakukan dengan paksa, yaitu melakukan partikel pada orifice atau celah sempit.

Rotor-stator homogenizer, alat ini bekerja pada tekanan yang lebih rendah sehingga membutuhkan energi yang lebih sedikit, tetapi bilamana partikel ingin dikecilkan ukurannya, sejumlah energi tambahan tetap harus diberikan dari luar. Energi yang dibutuhkan untuk memecah droplet atau partikel dating dari rotor yang juga memutar alat pengaduk (disc).

Ultra sonic homogenizer, alat ini terdiri dari suatu blade yang digerakkan oleh arus listrik. Aliran fluida yang masuk harus melalui celah dimana blade tersebut bergetar dengan demikian terjadi penurunan ukuran droplet setelah melewati celah tersebut (Wirakartakusumah, 1992).

2.4. Alat Pengaduk Impeller dan Propeller

Berdasarkan macamnya alat pengaduk di bagi menjadi beberapa macam, berdasarkan jenis agitator, double cone mixers, ribbon blender, planetary mixers, dan propeller mixers.



Gambar 4. Propeller Mixers dan Impeller Mixer

Untuk pencampuran liquid, propeller mixers adalah jenis yang paling umum dan paling memuaskan. Alat ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan propeller/blades beserta motor pemutar. Bentuk propeller, impeller, blades di desain sedemikian rupa untuk efektivitas pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluid. Pada jenis alat pencampur ini diusahakan untuk dihindari tipe aliran monoton yang berputar melingkari dinding tangki yang sangat kecil konstribusinya terhadap pengaruh pencampuran. Untuk itu kadang-kadang propeller harus diputar sedikit hingga tidak persis simetri terhadap dinding tangki, penambahan sekat-sekat (baffles) pada dinding tangki juga dapat menciptakan pengaruh pengadukan, namun menimbulkan masalah karena sulit membersihkannya (Wiratakusumah, 1992).

Alat pencampur granula, dalam hal ini dapat digunakan ribbon blender dan double cone mixers. Ribbon blender terdiri dari silinder horizontal yang didalam dilengkapi dengan screw berputar, bilamana screw maka tepung akan tercampur dan bergerak bolak-balik dari satu sisi ke sisi lainnya, dengan demikian partikel granula akan tercampur selama pergerakan “screw”.



Gambar 5. Ribbon Blender

Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari 2 kerucut yang berputar pada porosnya, jika kerucut berputar maka tepung granula berada didalam granula yang berada di dalam volume kerucut akan teragitasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini memerlukan energi dan tenaga yang lebih besar. Oleh karena itu diperhatikan jangan sampai energi yang dikonsumsi diubah menjadi panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan temperatur dari produk. Jenis alat pencampur adonan kadang-kadang harus dilengkapi dengan alat pendingin (Wiratakusumah, 1992).



Gambar 6. Double cone Vacum

Kneader adalah mixer yang umum ditemui, berbentuk sigmoid yang berputar didalam suatu “can” atau “vessel” dengan berbagai kecepatan. Prinsip dari alat ini adalah disamping mencampur juga mengadon yaitu membagi, mematahkan dan selalu membuat luas permukaan yang baru sesering mungkin terhadap adonan (Wiratakusumah, 1992).


III METODOLOGI PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai : 3.1. Bahan yang Digunakan, 3.2. Alat yang Digunakan dan 3.3. Metode Percobaan.

3.1. Bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan pada percobaan pencampuran adalah air 1500 ml, gula pasir 10 gram, minyak 50 ml dan pewarna 5 ml.

3.2. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan dalam percobaan pencampuran ini adalah satu set propeller mixer yang terdiri dari tangki, agitator atau batang pengaduk, baffle dan motor penggerak agitator, piknometer dan viskometer oswald, dan pipet ukur.


Perhitungan

Pengukuran Viskositas (Viskometer Oswald)

Pengukuran Densitas (Pikno Meter)

Pengukuran suhu

Sampel hasil Pencampuran

Pengukuran suhu air

Air

Pencampuran

Bahan

Gambar 6. Diagram Alir Percobaan Pencampuran

IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : 4.1. Hasil Pengamatan dan
4.2. Pembahasan

4.1. Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Percobaan Pencampuran

Keterangan

Hasil

Da

0,0434 m

Skala

3

N

12,5 s

Vair

1500 ml

Vpewarna

5 ml

Vminyak

20 ml

Vgula

10 gram

Wpikno kosong

0,013532 kg

Wpikno+air

0,038291 kg

Vpikno

25 ml = 0,000025 m3

tair

25 s

tcampuran

28 s

μair

0,8937 x 10-3 kg/m.s

ρair

997,08 kg/m3

ρcampuran

994,88 kg/m3

μcampuran

8,609 x 10-4 kg/m.s

NRe

2,7208 x 104

NP

0,38

P

0,1137 watt

Sumber : Gerry, Kelompok 2, Meja 1, (2010)

4.2. Pembahasan

Pencampuran yang dilakukan pada saat praktikum menggunakan buffle. Buffle adalah sekat-sekat yang dipasang pada tanki pencampuran yang berfungsi untuk mencegah terjadinya vortex. Terdapat beberapa perbedaan pencampuran yang menggunakan buffle dengan tanpa menggunakan buffle, diantaranya adalah pencampuran tanpa menggunakan buffle banyak molekul-molekul bahan yang melompat mengenai tutup bagian atas tanki, sehingga kemungkinan berkurangnya berat bahan sangat besar. Selain itu terbentuk buih dan gelembung pada permukaan campuran. Pada pencampuran dengan menggunakan buffle keadaan tersebut tidak terjadi, karena pergerakan perputaran bahan tertahan oleh buffle (Fellow, 1990).

Untuk mencapai kesempurnaan pencampuran, kecepatan radial dan longitudinal yang diberikan dalam proses pencampuran semaksimal mungkin dengan cara menempatkan baffle pada tangki pencampur, menempatkan pengaduk pada posisi off-centre atau pengaduk dengan posisi miring pada sudut tertentu.

1. Kecepatan komponen yang diinduksi oleh zat cair dengan pencampur sebagai berikut :

2. Kecepatan radial yang beraksi dengan arah perpendicular dengan arah pencampur.

3. Kecepatan longitudinal yang paralel dengan arah pencampur.

4. Kecepatan rotasional yang tangensial dengan arah pencampur.

(Fellows, 1990).

Untuk memperoleh pencampuran yang bagus, kecepatan radial dan longitudinal yang berhubungan dengan zat cair dimaksimalkan oleh baffles atau pisau-pisau bersisi (Fellows, 1990).

Untuk mencampur viskositas rendah dengan baik, benturan harus diinduksi melewati zat cair untuk memasuki bagian-bagian yang bergerak lamban dengan bagian-bagian yang bergerak cepat. Sebuah vortex harus dihindari karena lapisan penyatu dari zat cair yang bersikulasi berjalan dengan kecepatan yang sama. Zat cair hanya berputar mengitari pengocok (Fellows, 1990).

Pada zat cair dengan viskositas tinggi, pasta atau adonan, aksi yang berbeda diperlukan. Pencampuran terjadi bila :

1. Kneading komponen-komponen yang berlawanan dinding pipa atau komponen lain.

2. Pelipatan makanan yang tidak tercampur pada bagian-bagian yang bercampur.

3. Shearing adalah untuk memelarkan makanan (Fellows, 1990).

Pencampuran yang efisien dicapai dengan menciptakan dan mengkombinasi ulang permukaan-permukaan yang segar pada makanan secepat mungkin. Bagaimanapun juga, karena bahan tidak mengalir dengan mudah, hal yang penting untuk dilakukan adalah menggerakkan blade melalui pipa atau menggerakkan makanan ke blade (Fellows, 1990).

Campuran jenis ini dapat dilakukan dan dianalisa sama seperti halnya dengan campuran-campuran sebelumnya bagaimana untuk liquid miscible yang dimaksud, pencampuran akan sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat likuid itu sendiri, seperti viskositas, densitas, jenis alat pencampur dan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan propeller/blades. Pendekatan lain adalah menghitung energi yang dibutuhkan oleh alat tertentu untuk bahan liquid tertentu sehingga terjadinya pencampuran sempurna dapat dihubungkan dengan waktu pencampuran (Wirakartakusumah, 1992).

Untuk pencampuran liquid, propeller mixers adalah jenis yang paling umum dan paling memuaskan. Alat ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan propeller/blades beserta motor pemutar. Bentuk propeller, impeller, blades di desain sedemikian rupa untuk efektivitas pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluid. Pada jenis alat pencampur ini diusahakan untuk dihindari tipe aliran monoton yang berputar melingkari dinding tangki yang sangat kecil konstribusinya terhadap pengaruh pencampuran. Untuk itu kadang-kadang propeller harus diputar sedikit hingga tidak persis simetri terhadap dinding tangki, penambahan sekat-sekat (baffles) pada dinding tangki juga dapat menciptakan pengaruh pengadukan, namun menimbulkan masalah karena sulit membersihkannya (Wiratakusumah, 1992).

Emulsifier yang terdapat di alam adalah fosfolipid , lesitin (fosfatidin kolina), dan fosfatidil etanolamina. Fosfolipid merupakan susunan lemak, yang sebuah asam lemaknya tersubsitusi oleh asam fosfat yang teresterifikasi dengan gliserol pada salah satu atom karbon ujungnya. Jenis asam lemak yang terdapat pada atom karbon lain dalam gliserol sangat tergantung dari jenis fosfolipidanya, tetapi biasanya satu dari dua asam lemak tersebut merupakan asam lemak tidak jenuh (Wiratakusumah, 1992).

Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butur-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase, yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air. Bila minyak dan air saja dikocok bersama-sama, akan terbentuk butir-butir lemak, dan terbentuklah suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan, partikel-pertikel minyak akan bergabung lagi dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Jenis emulsi ini dikenal sebagai emulsi temporer. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi sebelum waktu pemakaian (Winarno, 2002).

Sabun juga merupakan emulsifier yang terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun dapat menurunkan tegangan permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air dengan jalan mengemulsi lemak yang ada. Disamping itu masih banyak lagi jenis emulsifier buatan seperti misalnya ester dari asam lemak sorbitan yang dikenal sebagai spans yang dapat membentuk emulsi air dalam minyak (w/o), dan ester dari polioksietilena sorbitan dengan asam lemak yang dikenal sebagai tween yang dapat membentuk emulsi minyak dalam air (o/w) (Wiratakusumah, 1992).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah :

1.Ukuran relative partikel, bentuk, dan densitas dari masing-masing komponen.

2.Efisiensi alat pencampur untuk komponen yang dicampur.

3.Kecenderungan komponen untuk membentuk agregat.

4.Kadar air, sifat permukaan, dan aliran dari masing-masing komponen (Brennan, 1969).

V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai: 5.1. Kesimpulan dan 5.2. Saran.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh ρ air = 997,08 kg/m3, μ air = 0,8937 x 10-3 kg/m.s, ρ campuran = 994,88 kg/m3, μ campuran = 8,609 x 10-4 kg/m.s, NRe = 2,7208 x 104, Np = 0,38, dan P = 0,1137 watt.

5.2. Saran

Pada percobaan pencapuran ini dianjurkan untuk lebih teliti dalam mengukur diameter atau ukuran dari beberapa alat Karena salah saja dalam mengukur atau lupa, ,akan memperlambat jalannya praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Brennan, J. G. dkk, (1969), Food Engineering Operations, Applied Science Publisher Limited, London.

Fellow, P., 1990, Food Processing Technology Principles and Practice, Ellis Horwood, New York.

Winarno, FG, 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbt Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wirakartakusumah, Aman. dkk, 1992, Peralatan Dan Unit Proses Industri Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.


LAMPIRAN PENCAMPURAN

N (rev/s) = skala 3

= 750 rpm = 12,5 rps

ρ campuran =

= (0,038404)kg - (0,013532)kg / 0,000025 m3

= 994,88 kg/m3

μ campuran =

=

=0,8609 x 10-3 kg/m.s

Nre =

= (0,0434)2 x 12,5 x 994,88 / 8,609 x 10-4

= 2,7204 x 104

Np = 0,38

P (watt) = Np x ρ campuran x N3 x Da5

=0,38 x 994,88 kg/ms x (12,5)3 rps x (0,0434)5 m

= 0,1137 watt


LAMPIRAN KUIS 2

1. Sebutkan yang dapat mempengaruhi pencampuran bahan cair!

1.Ukuran partikel, bentuk, dan densitas masing-masing komponen

2. Efisiensi alat untuk masing-masing komponen

3. Kadar air, permukaan bahan pangan

4. Karakteristik aliran masing-masing bahan pangan.

2. Sebutkan beberapa percepatan pengadukan yang mempengaruhi pencampuran bahan cair ?

1. Kecepatan radial yang berfungsi sebagai arah pengaduk

2. Kecepatan longitudinal, paralel dengan pengaduk

3. Kecepatan rotasional, tangensial ke pengaduk

4. Pencampuran sempurna diperlukan adanya baffles (pisau).

3. Apa yang dimaksud pencampuran dan perpindahan panas ?

Pencampuran merupakan proses mencampurkan satu atau lebih bahan dengan menambahkan satu bahan ke dalam bahan lainnya sehingga membuat suatu bentuk yang seragam dari beberapa konstituen baik cair-padat, padat-padat, maupun cair-gas.

Perpindahan panas merupakan suatu fenomena perpindahan energi, peningkatan panas, dan menyebabkan molekul-molekul bergerak lebih cepat sehingga dengan diserapnya panas energi kinetika molekul akan meningkat. Bila molekul dengan kecepatan tinggi bertumbukan dengan molekul yang bergerak dengan kecepatan lebih rendah, maka panas yang dipindahkan, sehingga molekul yang cepat kehilangan energi sedangkan molekul yang lambat memperoleh tambahan energi .

4. Sebutkan jenis-jenis perpindahan panas

Perpindahan panas konduksi adalah proses pemindahan panas yang terjadi secara merambat dari satu molekul ke molekul lainnya, tanpa berpindahnya molekul-molekul benda.Terjadi pada benda-benda padat.

Perpindahan panas konveksi adalah proses perpindahan panas dari daerah yang mempunyai suhu tinggi ke daerah yang mempunyai suhu rendah disertai berpindahnya molekul-molekul bahan yang bergerak karena adanya dorongan. Kecepatan gerakan atau aliran memegang peranan penting, dan cara ini terjadi pada fluida cair maupun gas.

Perpindahan panas radiasi merupakan proses pemindahan panas yang terjadi secara pancaran dalam bentuk gelombang elektromagnetik.

5. Diketahui Wpikno kosong 0,020 Kg, Wpikno+bahan 0,058 Kg, dan V 0,025 L. Tentukan densitasnya.

ρcampuran

=

(W pikno+bahan) - (W pikno kosong)

Volume picno

=

0,058 – 0,020

25x 10-6

=

1520 Kg/m3

1 komentar:

  1. Kang izin ngambil materi-materi nya ya kang.. ieu buat presentasi MPIP hehe

    BalasHapus